Primata Hutan Sokokembang: alaternatif kegiatan wisata, pendikan lingkungan dan pelestarian alam

Melihat binantang di kebun binatang sudah sering kita lakukan, ada banyak hal yang menyebabkan kita jadi tertarik untuk melihat binatang tersebut, bisa dari tingkah lakunya, warna bulunya, ataupun suaranya. Sudah tentu kita juga disajikan dengan pemandangan yang sangat terbatas di kebun binatang tersebut, tempat atau kandang, sumber pakan, ataupun tingkah laku yang kadang juga sangat terpengaruh oleh pengunjung lainnya yang ada di kandang tersebut. Sebuah pengalaman di alam adalah akan sangat mudah di ingat ketika kita menjumpai seekor bintang ataupun hal-hal yang masih sifatnya alami. Bagaimana tingkah laku mereka,bentuk tubuh dan warna bulu, dan juga makanan alami mereka di hutan, tentu ada perbedaan dengan yang di kebun binatang. Mengingat saat ini kondisi alam tempat binatang tinggal tersebut semakin lama semakin hilang ataupun rusak, jadi menjumpai binatang atau satwaliar di habitat alamnya adalah hal yang sangat jarang terjadi atau tidak setiap saat bisa kita lakukan. Namun cerita tersebut di atas masih sangat mungkin terjadi di hutan Sokokembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriono. Melihat binatang-binatang di tempat asalnya bisa menjadi sesuatu yang memang tidak bisa di lupakan. Hutan Sokokembang adalah salah satu di antara hutan hujan tropis yang tersisa di Pulau Jawa, dan kalau kita senang dengan jenis-jenis primata (monyet dan kera) disinilah tempatnya untuk melihat langsung di habitat aslinya. Di hutan ini terdapat 4 jenis primata yaitu,3 jenis di antaranya adalah endemik Jawa hanya ada di Pulau Jawa dan sebaran alaminya tidak di jumpai di tempat lain di dunia, yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)dan Rekrekan (Presbytis comata) dan satu jenis lagi yang umum di jumpai adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Pengamatan primata tidak hanya sekedar melihat jenis primata yang kita temui, namun ini juga bisa dikatakan sebagai aktifitas untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan pendidikan tentang alam, bahkan berkontribusi secara langsung untuk meningkatkan perekonomian penduduk sekitar hutan. Karena kegiatan ini di alam, pengamatan primata di hutan tentu sangat berbeda dengan di kebun binatang yang bisa datang setiap saat dan pasti binatangnya ada di tempat tersebut. Setidaknya sebelum pengamatan primata di habitat alaminya, perlu informasi awal terlebih dahulu sebagai referensi atau persiapan ,diantaranya: 
1. waktu-waktu tertentu dimana primata tersebut ber aktifitas, karena ini pengamatan di alam informasi mengenai jam-jam aktifitas primata yang akan kita amati sangatlah penting, karena untuk mempertinggi kemungkinan perjumpaan kita,biasanya untuk jenis-jenis primata akan aktif pada pagi hari antara jam 06.00- jam 10.00, dan kemudian sore hari antara jam 15.00-18.00. beberapa sumber di internet juga bisa menjadi rujukan untuk sebagai informasi awal tentang primata yang akan kita amati. 
2. lokasi , ini juga informasi penting di awal yang harus kita kumpulkan untuk mengamati, bisa kita dapatkan dari penduduk setempat ataupun hasil-hasil penelitian sebelumnya di wilayah yang akan kita amati primatanya. 
3.peralatan , karena keterbatasan kemampuan mata kita, untuk mengamati primata di alam kita butuh alat bantu yaitu Binokuler atau Teropong, banyak tipe jenis binokuler, bisa di lihat di sini, sangat di rekomendasikan karena ukuran yang tidak terlalu berat dan namun memiliki kemampuan yang baik di lapangan. Peralatan tambahan yang juga perlu di bawa adalah camera, karena moment atau peristiwa di alam kadang tidak bisa di ulang lagi, maka dokumentasi seperti camera juga sangat penting di persiapkan sebelum kita mengamati primata. 
4. pendamping pengamatan, ini juga bisa menjadi alternatif tambahan saja agar pengamatan kita bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak, pendamping bisa kita cari atau minta penduduk setempat di sekitar hutan atau peneliti primata yang ada di lokasi tersebut. 
Pengamatan primata (primate watching), di hutan tempat asal binatang tersebut berada seperti di hutan Sokokembang, selain bermanfaat untuk kita yang mengamati karena melihat landscape hutan yang tidak setiap saat kita jumpai, selain itu kita juga harus faham bahwa mengamati primata di habitat alamnya juga belum tentu langsung ketemu dengan yang ingin kita amati, dan binatang yang kita amati adalah selalu bergerak kemana mereka suka. Hal ini tentu memerlukan waktu untuk di alokasikan ketika kita akan mengamati primata di alam. Namun demikian ini tentu juga bermanfaat untuk mendorong kegiatan konservasi species langka dan hampir punah yang kita amati. Kegiatan tersebut karena bisa bersifat edukatif dan peningkatan pengetahuan kepada kita , juga akan memberikan manfaat secara langsung kepada penduduk sekitar hutan, karena bisa menambah perekonomian dari jasa yang disediakan untuk menginap ataupun menjadi pendamping pengamatan. 

Daftar pustaka dan sumber di internet tentang primata :
http://www.iucnredlist.org/
http://monyetdaun.blogspot.com/ 
http://www.alltheworldsprimates.org/Home.aspx 

Arif Setiawan, Tejo Suryo Nugroho, Yohannes Wibisono, Vera Ikawati, Jito Sugarjito, 2012, Population density and distribution of Javan gibbon (Hylobates moloch) in Central Java, Indonesia, Biodiversitas (1) no.1, p. 23-27 

Arif Setiawan, Yohannes Wibisono, Tejo Suryo Nugroho, Ika Yuni Agustin, Mohamad Ali Imron, Satyawan Pudyatmoko, Djuwantoko, 2010, Javan Surili : A Survey Population and Distribution in Mt. Slamet Central Java, Indonesia, Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 7 No. 2, p. 51-54

Komentar

Postingan Populer