SwaraOwa

Tahun 2004 di pedalaman kalimantan tengah pada waktu itu, pertama kali saya mendengar suara Owa, perasaan itu masih terngiang sampai sekarang, karena waktu itu pagi hari pertamakali saya sampai distasiun penelitian barito ulu, merinding juga, kalau ingat suara itu, dan saya langsung berlari ke arah kolega saya yang mengajak saya ke tempat itu, dan saya menanyakan suara apakah itu?? Penasaran saya mencoba menebak itu suara burung...dan ternyata jawaban saya salah...itulah suara owa!!

Kira-kira begitulah awal saya berkenalan dengan owa, dan hampir 4 tahun terakhir ini lebih akrab dengan jenis owa yang ada di Jawa, Owajawa (Hylobates moloch). Dan mulai awal tahun 2014, saya mencoba apa yang saya lakukan di kalimantan tengah pada saat itu, untuk merekam suara owa dan juga melakukan sbuah studi awal tentang variasi suara owa di hutan Sokokembang. Persiapan tentuny perlu banyak tanya-tanya sana sini, baca sana baca sini, tentang alat rekam yang digunakan untuk merekam suara owa, sangat berbeda ketika itu di kalimatan saya menggunakan alat yang built-up, tinggal plug and play, saat itu masih menggunakan pita kaset untuk merekam dan juga telah menggunakan microphone khusus (directional microphone). 

Tujuan untuk merekam suara owa ini adalah awalnya untuk edukasi,menyebarluaskan pesan pelestarian hutan khususnya owajawa dan habitatnya. Karena menurut saya owa , adalah primata yang sangat atraktif, selain karakter morfologi, tingkah lakunya, owa jawa memilliki perilaku bersuara yang unik, dan layak untuk didengar kapanpun karena sepertinya mereka menyanyikan sebuah lagu.

Dengan budget yang terbatas tentunya tidak akan dapat membeli peralatan “recording” yang tangguh di lapangan, dan akhirnya pilihan tertuju pada sebuah directional microphone yang cukuk lazim untuk rekam suara satwaliar di alam, yaitu Rode NTG2 (http://www.rodemic.com/microphones/ntg-2) micropone ini saya dapatkan di salah satu toko audio di Jogja dengah harga Rp 2.500.000,-, dan keputusan untuk menggunakan smartphone sebagai perekam dan penyimpan data juga karena alasan budget terbatas itu tadi, dan setelah baca di artikel tentang penggunaan smartphone untuk wildlife sound recording disini. http://www.wildmountainechoes.com/equipment/audio-recording-with-a-smartphone

Setelah mendapatkan shotgunmic dan kebetulan smartphone juga telah ada, saatnya mencoba di lapangan dan melihat hasilnya seperti apa? Ujicoba selama beberapa hari di lapangan kesimpulannya saya perlu menambahkan sebuah pre-amp atau penguat pada microphone saya, dan itu memang di recomendasikan untuk merekam suara di alam/outdoor .Tapi lagi-lagi harga 1 unit pre-amp hampir kira-kira seharga microphone yang telah saya beli,tanya lagi ke berbagai sumber, bisa juga pre-amp di beli dengah harga murah asalkan mau sedikit repot, yaitu merakitnya sendiri. Custom pre-amp-DIY (dibuat sendiri) akhirnya jadi dengan konsultasi terlebih dulu dengan ahlinya (tukang elektronik). 

Dan hasilnya!! dengar dan rasakan bagaimana suasana hutan hujan tropis jawa, dimana Owa, monyet, burung, angin, serangga, daun, dan manusia saling berkomunikasi, berbicara...!!silahkan kesini http://swaraowa.blogspot.com/2014/08/sokokembang-rainforest-sound-recording.html. Atau follow account twitter project ini di https://twitter.com/swaraOwa 

Bahan bacaan : 
http://www.bioacoustics.info/
http://www.goodreads.com/book/show/948668.Field_and_Laboratory_Methods_in_Primatology

Komentar

Postingan Populer