Solusi berkelanjutan, infrastruktur jaringan listrik ramah satwa, di Petungkriyono, Pekalongan
Oleh : Arif Setiawan
Rekrekan (Presbytis fredericae) dari hutan Petungkriyono |
Pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang cepat dalam tiga tahun terakhir membawa korban tewasnya satwa-satwa asli Petungkriyono, termasuk primata-primata yang memang sudah teracam punah, tersengat listrik dari kabel listrik yang tidak berinsulasi ,yang masuk kedesa-desa di tengah hutan.
Petungkriyono adalah kecamatan bagian dari Kabupaten Pekalongan sudah terkenal karena keberadaan hutan dan satwaliarnya. Kawasan hutan dengan tipe hutan dataran rendah hingga penggunungan, merupakan yang tersisa saat ini di bagian tengah Pulau Jawa. Sudah seharusnya daerah ini menjadikan ini asset yang lestari , tidak semua daerah memiliki potensi seperti kecamatan Petungkriyono.
Dari 5 jenis primata Jawa dapat di temukan di Kawasan hutan di dua kecamatan ini, yaitu Lutung jawa ( Trachypithecus auratus), Rekrekan ( Presbytis fredericae), Owa Jawa ( Hylobates moloch), Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis) dan Kukang jawa ( Nyctecebus javanicus). Kawasan hutan yang membentang dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut hingga hutan pegungungan dengan ketinggian 1900 meter, saat ini merupakan kantung hidupan liar endemik, tidak dijumpai di daerah lain.
Pembangunan infrastruktur terumata jaringan listrik sudah tentu di tunggu-tunggu oleh warga di sekitar hutan yang sudah sejak dahulu memang dalam posisi geografis yang kurang menguntungkan untuk mendapatakan aliran listrik dari pemerintah. Dua dusun yang paling merasakan dampak dari masuknya jaringan listrik ini adalah dusun Sokokembang dan Tinalum, yang sejak dahulu menggunakan listrik mandiri, sejak tahun 2006 sudah ada tenaga surya yang digunakan masing-masing rumah, namun karena kondisi cuaca dan topografi khas pegunungan, panel-panel surya ini tidak dapat mengumpulkan energi matahari yang cukup, ditambah kemampuan aki untuk menyimpan juga semakin lama semakin singkat, sepertinya sudah tidak ada lagi yang menggunakan tenaga surya.
PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro), tahun 2009 pemerintah provinsi jawa tengah memberikan bantuan pembangkit listrik tenaga air untuk dua dusun tersebut, hingga tahun 2016, listrik tenaga air ini menggunakan turbin pembangkit yang ada di Sungai Welo, di dekat dusun Tinalum. Listrik ini juga melewati Kawasan hutan sepanjang dusun Tinalum dan Sokokembang, kabel yang di gunakan jaringan ini berinsulasi, kabel kawat yang di bungkus lapisan karet yang tidak membahayakan, meskipun melewati rimbunnya tajuk pohon tidak mebahayakan primata yang lewat disekitarnya. PLTMH ini berhenti total beroperasi tidak menghasilkan listrik tahun 2017 akhir, karena kendala teknis dan lainsebagainya. Kemudian tahun 2019, bersamaan dengan masuknya jaringan listrik negara kedua dusun ini, Dusun Sokokembang mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk PLTMH, yang digunakan untuk di Dusun Sokokembang saja. Menjadi bermanfaat juga untuk warga 2 dusun ini, keberadaan jaringan listrik ini, dapat menggerakan kegiatan ekonomi khususnya konveksi dan usaha kopi yang menggunakan aliran listrik. Baca laporan disini tentang manfaat pembankit listrik tenaga air yang ada di Sokokembang : https://jateng.idntimes.com/news/jateng/dhana-kencana-1/peduli-konservasi-dari-pemanfaatan-energi-di-hutan-petungkriyono
Lutung Jawa mati tersengat listrik di hutan Petungkriyono |
Lintasan satwa primata, dilalui jaringan listrik terbuka bertegangan tinggi |
Mulai masukknya jaringan listrik negara inilah, bencana untuk primata-primata ini mulai terjadi, mati tersengat, menggelantung di kabel listrik jaringan terbuka. Kami mencatat kematian-kematian primata karena tersengat listrik ini di tabel berikut , sejak jaringan listrik masuk, sejak tahun 2019 sudah ada 6 primata mati tersengat listrik, dari kabel yang tanpa isolasi tersebut. Laporan-laporan tentang matinya primata karena jaringan listrik ini dapat di baca di berita ini : https://radarpekalongan.co.id/119342/gegara-kesetrum-primata-langka-ini-mati/ hingga yang terbaru minggu ini ( 2 Agustus 2021) satu lagi primata mati, Rekrekan (Presbytis comata) yang juga dilindungi dan terancam punah statusnya. Dan catatan kami berdasarkan pengamatan di lapangan dan laporan warga ada di tabel berikut ini :
Tabel (data kematian primata di Petungkriyono karena tersengat listrik )
no | Bulan/Tahun | Jenis Primata |
1 | Juni/ 2019 | Rekrekan (Presbytis fredericae) |
2 | Desember/2019 | Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) |
3 | Januari/2020 | Lutung Jawa ( Trachypithecus auratus) |
4. | July/2020 | Rekrekan (Presbytis fredericae) |
5. | Oktober/2020 | Owa jawa ( Hylobates moloch) |
6. | Agustus/2021 | Rekrekan ( Presbytis fredericae) |
Solusi Pembangunan Infrastruktur Jaringan Listrik ramah hutan dan satwa.
Kasus-kasus seperti ini sudah banyak terjadi di negara-negara berkembang, di berbagai negara, dan merupakan bentuk fragmentasi habitat, yang menimbulkan ancaman serius untuk kepunahan satwa-satwa arboreal, seperti jenis-jenis primata.Jaringan listrik murah dipilih untuk dapat menjakau jauh kedalam pelosok-pelosok wilayah dengan topografi yang sulit di jangkau. Konsekwensinya harus mengorbankan satwaliar, dan pertimbangan ekologis sepertinya juga belum menjadi hal yang penting untuk pembangunan.
1. Menggunakan kabel berinsulasi
Tentu hal ini setidaknya menjadi pilihan yang ramah bagi hutan dan hidupan liar, karena salah satu bentuk fragmentasi habitat melalui jaringan listrik dan jalan ini menjadi penyebab dan mempercepat kepunahan. Tentu butuh investasi lebih untuk infrastruktur ini, namun harus di pertimbangkan di lokasi-lokasi yang mempunyai keanekargaman tinggi seperti di Petungkriyono.
Contoh yang di terapkan untuk melindungi Sloth di Amerika Selatan. https://slothconservation.org/what-we-do/power-line-insulation/
Membuat jalur penyeberangan satawaliar yang melintas kabel-kabel listrik terbuka tanpa insulasi. Metode ini sudah terbukti berhasil diterapkan di habitat primata satwaliar terancam punah lainnya. Beberapa lokasi dengan kanopi yang masih rapat dapat dibuatkan jembatan artifisial untuk menghubungkan kanopi-kanopi pohon supaya satwa-satwa penhuni pohon ini dapat berjalan melitas. Cotoh yang sudah berhasil di amerika selatan https://www.ballenatales.com/new-bridge-monkey-capuchin-community/
4. Menggunakan kabel berselubung pelindung kontak satwaliar
5. Membuat jaringan listrik dalam tanah
Membuat jaringan ini tentu sangat mahal dan perencanaan yang matang, sudah ada kajian tentang hal ini. Secara estetika tentu tidak mengganggu keindahan bentang lahan dan tidak menyebabkan satwa arboreal kesetrum.
Daftar Pustaka :
Al-Razi, H., Maria, M. and Muzaffar, S.B., 2019. Mortality of primates due to roads and power lines in two forest patches in Bangladesh. Zoologia (Curitiba), 36.
Katsis, L., Cunneyworth, P.M., Turner, K.M. and Presotto, A., 2018. Spatial patterns of primate electrocutions in Diani, Kenya. International journal of primatology, 39(4), pp.493-510.
Pereira, A.A., Dias, B., Castro, S.I., Landi, M.F., Melo, C.B., Wilson, T.M., Costa, G.R., Passos, P.H., Romano, A.P., Szabó, M.P. and Castro, M.B., 2020. Electrocutions in free-living black-tufted marmosets (Callithrix penicillata) in anthropogenic environments in the Federal District and surrounding areas, Brazil. Primates, 61(2), pp.321-329.
Dittus, W.P., 2020. Shields on Electric Posts Prevent Primate Deaths: A Case Study at Polonnaruwa, Sri Lanka. Folia Primatologica, 91(6), pp.643-653
Komentar