"Punen Eeruk: Harmoni Roh dan Manusia dalam Tradisi Adat Mentawai"

 

sikerei yang memimpin upacara

Bertempat di Malinggai Uma, ds. Puro 2, bangungan rumah adat  panggung berukuran 25 meter x 12 menter itu terlihat penuh sesak, keluarga besar Tateburuk berkumpul semua di Uma, sekitar 200 Keluarga hadir, kalau termasuk anak-anak kecil mungkin ada 400 orang lebih. Punen Eeruk,  kali ini termasuk punen besar, karena tidak selesai dalam waktu 1 hari, dan juga terlihat dari keterlibatan jumlah anggota suku dan pengorbanannya kuranglebih ada 13 ekor  babi,200  ayam, Ibu-ibu juga sangat sibuk di dapur, memasak keladi, sagu dalam bambu, menyiapkan makan untuk semua orang yang hadir.

Punen eeruk ini bertujuan  untuk “mendamaikan” roh-roh orang yang telah meninggal dunia. Kepercayaan terhadap roh atau jiwa dalam setiap benda masih melekat erat di masyarakat Mentawai khususnya di Siberut.Arat sabulungan, kepercayaan akan tentang roh dapat di katakan bahwa nyaris setiap tempat dan benda, setiap hewan, setiap tumbuhan, dan setiap fenomena alam memiliki kesadaran dan perasaan, dan dapat berkomunikasi dengan manusia secara langsung. Punen ini dapat juga dikatakan sebagai pesta perpisahan untuk roh orang yang sudah meninggal, untuk mengakhiri masa berkabung, pesta terakhir sebagai tanda perpisahan abadi antara arwah yang sudah meninggal dengan keluarga dan mengiringi dan mendoakan keselamatan, kebahagiaan untuk yang ditinggalkan, untuk  dijauhkan dari segala kesulitan dan marabahaya. Sebenarnya hubungan yang relatif kompleks, namun dapat di mengerti dan ada yang dapat membantu komunikasi antar entitas-entitas non material ini yaitu para “Sikerei”. Mereka semua dapat berkomunikasi melalui perantara tarian, nyanyian, binatang yang di kurbankan, atau upacara.

daging babi yang di potong di bagi rata ke semua anggota suku

Melalui tarian-tarian yang diiringi tabuhan gendang,dentang lonceng, dan hentakan kaki di lantai kayu, membentuk harmonisasi gerakan dan suara yang penuh nuansa magis dan emosional. Tarian bilou , uliat bilou menjadi hiburan sekaligus media komunikasi antara menceritakan beberapa Bilou yang sedang riang gembira bermain di hutan, alunan suara juga muncul dari sikeerei secara pelan menirukan suara panggilan bilou di pagi hari yang cerah.


 

Tarian Uliat Bilou

 Upaya melestarikan pengetahuan alam, memperkaya budaya dan isinya khususnya di Mentawai, menjadi tantangan tersendiri, identitas ini bisa jadi ini sebuah romantisme belaka, keunikan alam dan budaya ini hanya indah dalam laporan dan tulisan sementara itu kepunahan-kepunahan akan akan terus terjadi dalam sekala micro. Pesan-pesan yang tersirat dalam  upacara ini harusnya menjadi renungan untuk terus di sampaikan kepada generasi sekarang,bahwa sejarah alam sangatlah tergantung kepada manusia, kita bisa membuat sakit, rusak, punah alam budaya kita, namun kita juga di bekali akal, tenaga, dan kemampuan berkomunikasi yang sempurna untuk mengelola alam dengan bijaksana.

Komentar

Postingan Populer