Learn to be Researcher.....

“Belajar di ALam, Belajar mengamati, Belajar meneliti
Belajar memahami Bahasa Alam……..”

Beberapa tulisan pendek di bawah ini merupakan “kegelisahan” yang sedikit banyak memberikan semangat bagi saya untuk mengetahui apa yang sebenarnya alam ingin katakan kepada kita…..

Fenomena alam yang ada disekitar kita, kadang membuat kita bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi…belajar di alam, belajar mengamati, belajar meneliti, Belajar memahami bahasa Alam…

Berikut ini beberapa hal yang mengusik pikiran saya yang saya temukan ketika sedang melakukan penelitian di Jantung pulau jawa (Gunung Slamet) :

1.Kelelawar yang tinggal di rongga pohon pohon besar dapat di lihat keberadaannya dengan mendengarkan suara kepakan sayapnya di dalam batang pohon yang berongga tersebut, dapat juga dilihat dari adanya kotoran yang menumpuk di bawah pohon (tepat di tengah2 pohon tersebut), gunakan kamera digital yang di bawa untuk memotret secara langsung dengan menggunakan blitz, maka akan terlihat matanya yang menyala, dan dapat di hitung berapa kelelawar yang tinggal di dalam lubang pohon tersebut. (jenis pohon apa? Diameter berapa? Bagaimana kondisi sekitarnya dapat di catat dalam buku saku yang dibawa)

2. Menemukan bekas-bekas pemangsaan, catat untuk identifikasi species apa yang jadi predator dan prey nya, kalo ada bulu/rambut yang tersisa dapat di identifikasi, bisa juga mengambil sample jaringan yang tersisa untuk di analisis di kemudian hari. Untuk mengetahui predator dapat dilihat dari bekas jejak kaki yang ada.

3. Bekas buah-buahan yang di makan oleh primata (monyet dan kera), ada bekas gigi seri di bagian depannya, bisa di cocokkan dengan data gigi yang ada misalnya.

4. Pohon jenis euphorbiaceae dapat di jadikan indicator sebagai hutan termasuk pertumbuhan sekunder, misalnya jenis tutup, (macaranga), pohon ini banyak tumbuh setelah areal terbuka karena manusia ataupun tanah longsor.

5. Beberapa jamur yang enak di makan biasanya tumbuh di kayu panggang,pasang dan kayu lain yang bagus/kuat. Selain itu biasanya jamur beracun.

6. Musim kemarau di deteksi dari banyaknya tumbuhan-tumbuhan paku yang layu mati karena kekurangan air, biasanya tumbuhan ini menempel bersama lumut yang menempel di pohon-pohon di atas ketinggian 1000 mdpl.

6. Suara “nyanyian owa jawa” bisa dicermati tiap kelompok berbeda nyanyiannya, bisa di deteksi arah, lokasi jarak,dan jantan atau betinanya?

7. Beberapa jenis burung yang terbang bersama mencari makan, terdiri dari beberapa jenis burung, ada pemakan madu, pemakan buah,pemakan serangga

8. Bagaimana membuat api di hutan,batang pohon yang kering di serut kecil-kecil agar mudah terbakar.

9. Getah dammar dapat digunakan untuk awal membuat api

10. Tumbuhan-tumbuhan hutan yang enak di makan, dekat air : selada air,
Duru, pakis, dll

11. Beberapa jenis tanaman hutan yang berbahaya menimbulkan gatal-gatal ketika tersentuh. Kenapa terasa gatal, kadang daunnya seperti berduri tapi kecil-kecil, duri kecil ini yang mengakibatkan rasa gatal dan perih ketika tersentuh oleh kulit kita. Tanaman berupa semak atau perdu, biasanya berdaun lebar, orang-orang sekitar gunung slamet menyebutnya : kemadoh, dan satu lagi yang terasa lebih sakit kalo terkena kulit adalah : jingkat. Termasuk famili apa tanaman ini?? Kenapa dia memiliki daun sperti itu? Untuk apa fungsinya?

12. kenapa di atas pohon ficus banyak burung layang/kapinis yang terbang mengitarinya?

13. Feses beberapa satwa/mamalia, dari penemuan feses di gunung slamet feses dapat di gunakan untuk mengestimasi keberadaan suatu sepesies, dan masing-masing feses memiliki bentuk dan struktur berbeda

Misalnya feses untuk ungulates akan berbeda dengan primate, yang kami temukan misalnya primate khususnya owa2 fesesnya terdapat banyak jenis-jenis biji dari buah yang dimakannya,kemudian Nampak sekali fesesnya hancur sperti di jatuhkan dari ketinggian, (tidak berbentuk bolus) sperti feses kijang ataupun babi.

14. Kamuflase, mungking itulah bahasa yang tepat untuk menggambarkan beberapa binatang kecil yang saya jumpai di hutan, ada jenis katak gunung (Megophrys Montana) yang memiliki warna kulit hampir sama dengan seresah yang ada disekitarnya, hampir sempurna, katak ini memiliki warna kulit seperti daun kering yang lusuh, sehingga apabila tidak diamati secara lebih detil akan kelihatan seperti daun yang kering saja. Fenomena ini juga dapat di temukan pada beberapa jenis kupu-kupu, reptil, dll,….

mmmmmmmm…..masih banyak lagi…dan tunggu seri selanjutnya……(wawan,2006)

Komentar

Rita mengatakan…
selamat menjadi peneliti dan menemukan lebih banyak lagi.
itok

Postingan Populer