“Susahnya menangkap monyet liar di hutan gunung slamet

“Susahnya menangkap monyet liar di hutan gunung slamet –

Sebuah pengalaman fotografi satwaliar“

Foto atau gambar dapat mengungkapkan apa yang tidak dapat di tuliskan oleh kata-kata. Ribuan kata dapat terwakili dengan adanya sebuah foto, dan hal ini akan sangat bernilai dalam upaya konservasi satwaliar. Pengalaman ini di tulis oleh sahabat dan patner saya selama “berburu“ monyet-monyet pemakan daun di Jantung pulau jawa. Satuhal yang dapat di simpulkan dari pengalaman ini adalah, pemahaman dan pengetahuan akan ekologi perilaku satwa, akan sangat berguna dalam menghasilkan foto-foto yang berkualitas, selain penguasaan teknik fotografi di alam., SEMOGA ADA MANFAATNYA....

Dokumentasi adalah kegiatan merekam suatu obyek atau peristiwa / kejadian secara nyata dengan menggunakan beberapa alat untuk tujuan tertentu. Dalam sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan dasar dokumentasi yaitu, sebagai pendataan (data base) secara nyata dengan visual dua dimensi dan hasil dokumentasi baik berupa foto atau gambar dapat dijadikan bahan untuk mengindentifikasi obyek-obyek penelitian. Dokumentasi diperlukan karena dapat merekam sebuah obyek dengan nyata tanpa rekayasa. Penelitian akan lebih baik jika didukung dengan data-data yang nyata dan bukti nyata yang nantinya dapat di gunakan untuk penelitian selanjutnya dan dijadikan bahan acuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan sebuah obyek penelitian kedepan.

Salah satu alat dokumentasi yang paling populer adalah kamera fotografi. Untuk jaman sekarang video sudah menjadi bagian penting dalam pendokumentasian. Selain mudah dalam pengunaan juga relatif terjangkau dalam hal biaya. Penelitian konservasi dan ekologi gunung Slamet menggunakan alat dokumentasi berupa kamera foto dan kamera video. Untuk foto menggunakan kamera digital SLR Canon EOS 350D dengan lensa 18-55 mm dan 100-300mm sedangkan untuk video menggunakan handycam Sony digital 8.

Di lapangan proses pedokumentasian berjalan lancar (tidak ada kerusakan di alat). Indikatornya, kedua alat yang digunakan tidak ada gangguan (alat tidak rusak / error). Halangan yang muncul terdapat pada obyek-obyek penelitian. Obyek penelitian adalah primata endemik gunung Slamet yaitu rekrekan (Presbytis fredericae). Jenis primata ini tergolong primata yang susah di dekati. Rekrekan memiliki karakter tubuh yang kecil, takut (malu) dengan manusia dan aktif (pergerakannya cepat) di dalam pepohonan (tajuk pohon) membuat kesulitan untuk memotret dari jarak dekat. Sehingga foto-foto rekrekan dalam jarak dekat tidak dihasilkan dari penelitian ini. Jarak paling dekat yang dapat di foto 100 m. Jarak-jarak terdekat lainnya tidak dapat di foto (padahal tidak lebih dari 10 m) karena pergerakan rekrekan yang cepat dan kondisi vegetasi yang berdekatan sehingga tertutup tajuk-tajuk pohon untuk memotret.

Kesulitan lainnya disebabkan kondisi cuaca yang sering hujan (musim hujan pada bulan Januari-februari). Selain membutuhkan peralatan ekstra untuk prose pendokumentasian, rekrekan tidak terlihat ketika hujan. Mereka cenderung lebih diam (berlindung) di dalam pepohonan ketika hujan. Waktu penelitian juga berpengaruh pada hasil pendokumentasian. Penelitian hanya berlangsung selama 1 bulan sehingga hasil-hasil dokumentasi masih dapat dikatakan kurang detail. Tidak adanya kegiatan habituasi terhadap obyek yang disebabkan terbatasnya waktu dan dana menyebabkan salah satu kegitan penelitan ini terlihat kurang detail.

Untuk proses penelitian (jalannya penelitian) seperti aktivitas peneliti mengukur dan menghitung potensi habitat Rekrekan dan obyek-obyek sekunder sebagai data pendukung penelitian seperti vegetasi, satwa lain (burung, serangga), bunga, aktivitas masyarakat setempat sudah terekam jelas dan dapat dijadikan database sebuah penelitian. Hanya saja beberapa obyek tersebut tidak berhubungan dengan penelitian. Sehingga tidak dapat diolah menjadi sesuatu yang menarik untuk disajikan ke publik.

SARAN

Untuk sebuah penelitian satwa liar di butuhkan peralatan fotografi yang komplit dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pada penelitian konservasi dan ekologi gunung slamet ini peralatan yang di gunakan masih sangat terbatas. Lensa tele 100-300 mm kurang dapat menangkap primata Rekrekan dengan detail/ jelas karena karakter obyek yang telah di sebutkan di atas. Sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan membawa lensa tele dengan jarak 600 mm atau diatasnya. Lebih besar jarak lensa tele akan lebih baik.

Informasi cuaca juga sangat di butuhkan untuk mendapatkan foto yang baik. Peralatan ekstra pada musim hujan perlu di bawa seperti cover pelindung kamera dan lensa, silica gel untuk menjaga kelembaban peralatan fotografi. begitu juga dengan peralatan kamera video.

Untuk kamera video, diperlukan storyboard (sekenario) sehingga film dokumentasi yang ditonton dapat dinikmati dan pesan dari penelitian tersampaikan pada audience. Peralatan pendukung yang wajib dibawa yaitu tripod.

Demikian laporan dari dokumentasi semoga bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. Terima kasih.

-wicak baskoro-

wicak_baskoro@yahoo.com

Komentar

Postingan Populer