Belajar di Museum
Ini sisa – sisa cerita perjalanan menghadiri congress primata ke 22 di Edinburgh, saya sempat singgah di oxford, mengunjungi museum natural history university of oxford. Pelajaran berharga saya dapat disini hingga saya menghabiskan waktu 2 hari untuk melihat koleksi-koleksi di museum ini. Sebenarnya museum seperti ini juga ada di Jogja (museum biologi) ataupun di bogor (museum zoology) namun yang lebih menarik disini adalah koleksinya sangat lengkap dan terawat, perwakilan dari berbagai zaman, berbagai lokasi di muka bumi, juga mewakili seluruh ekosistem yang ada di bumi, unik secara spatial dan temporal.
Koleksi koleksi ini sebagian diantaranya ditemukan di lokasi-lokasi penggalian tambang di berbagai tempat di eropa dan juga di dasar laut pada tahun 1800 an.
Koleksi yang sangat sangat informatif, termasuk juga ada fasilitas difable untuk pengunjung tunanetra, dimana papan informasi di depan koleksi ditulis juga dengan huruf braile.
Museum ini berada di kota oxford dalam sebuah bangunan terbaik dari era Victorian gothic (1837-1901). Dengan jumlah ribuan koleksi dari seluruh dunia di bidang zoology, entomology, geology dan mineralogy termasuk koleksi dinosaurus yang sangat ganas di film The lost world “ Tyrex”. Beberapa koleksi yang saya amati ada di Indonesia diantaranya kerangka badak kerdil sumatera, Dicerorhinos sumatresis, jenis badak berbulu yang konon dulu persebarannya sampai di Kalimantan timur, namu sejak tahun 90an sudah tidak lagi ditemukan di sana dan data terakhir katanya masih ada di bagian utara pulau Borneo (Malaysia).
Ada lagi Burung DODO, yang sudah punah pada tahun 1680, burung ini ditemukan oleh orang eropa pada tahun 1598, hanya terdapat di kepulauan Mauritius. Burung ini sangat mudah di tangkap oleh pemburu karena tidak bisa terbang (flightless), namun kepunahannya katanya lebih disebabkan karena anjing, kucing, tikus, dan babi yang memakan telur-telur dodo dan habitatnya. Sedihnya lagi, kepunahan burung ini di ikuti juga oleh punahnya salah satu jenis tanaman yang ada disana, yaitu Mauritian "calvaria"tree, karena tanaman ini hanya dapat tumbuh setelah melalui pencernaan burung DODO. (baca the tragedy of the DODO).
Salah satu koleksi yang mengagumkan adalah koleksi jenis serangga, kelompok binatang terbesar di muka bumi ini, menurut papan informasi yang ada disana di bumi ini terdapat 1.25 milyar species yang sudah diketahui dan 75 % di antaranya merupakan serangga, serangga adalah komponen kunci dalam setiap rantai makanan tanpa keberadaannya ekosistem global akan kolapse.
Pengalaman yang mengesankan apabila belajar di museum menjadi salah satu mata pelajaran biologi di sekolah-sekolah kita. Kita akan tahu bahwa alam ini sangat menarik untuk di pelajari dan dinamis dari waktu ke waktu,seperti sebuah laboratorium besar yang penuh misteri yang harus kita pecahkan. Keberadaan museum akan sangat berguna untuk mempromosikan penelitian, pengajaran dan pendidikan public dalam ilmu alam.
Namun sepertinya saat ini kita juga berpacu dengan waktu dimana beberapa bagian alam ini musnah begitu saja tanpa sempat terdokumentasikan. Kerapuhan ekosistem secara global telah mengakibatkan satu-persatu komponen ekosistem punah. Atau suatu saat nanti mungkin saja terjadi kalau misalnya ingin melihat owajawa kita akan datang ke museum, karena sudah tidak ada lagi di habitat alamnya. Apakah dengan kecanggihan teknologi manusia nanti bisa memanipulasi ekosistem sehingga dapat mempertahankan keidahan alam ini?.
Koleksi koleksi ini sebagian diantaranya ditemukan di lokasi-lokasi penggalian tambang di berbagai tempat di eropa dan juga di dasar laut pada tahun 1800 an.
Koleksi yang sangat sangat informatif, termasuk juga ada fasilitas difable untuk pengunjung tunanetra, dimana papan informasi di depan koleksi ditulis juga dengan huruf braile.
Museum ini berada di kota oxford dalam sebuah bangunan terbaik dari era Victorian gothic (1837-1901). Dengan jumlah ribuan koleksi dari seluruh dunia di bidang zoology, entomology, geology dan mineralogy termasuk koleksi dinosaurus yang sangat ganas di film The lost world “ Tyrex”. Beberapa koleksi yang saya amati ada di Indonesia diantaranya kerangka badak kerdil sumatera, Dicerorhinos sumatresis, jenis badak berbulu yang konon dulu persebarannya sampai di Kalimantan timur, namu sejak tahun 90an sudah tidak lagi ditemukan di sana dan data terakhir katanya masih ada di bagian utara pulau Borneo (Malaysia).
Ada lagi Burung DODO, yang sudah punah pada tahun 1680, burung ini ditemukan oleh orang eropa pada tahun 1598, hanya terdapat di kepulauan Mauritius. Burung ini sangat mudah di tangkap oleh pemburu karena tidak bisa terbang (flightless), namun kepunahannya katanya lebih disebabkan karena anjing, kucing, tikus, dan babi yang memakan telur-telur dodo dan habitatnya. Sedihnya lagi, kepunahan burung ini di ikuti juga oleh punahnya salah satu jenis tanaman yang ada disana, yaitu Mauritian "calvaria"tree, karena tanaman ini hanya dapat tumbuh setelah melalui pencernaan burung DODO. (baca the tragedy of the DODO).
Salah satu koleksi yang mengagumkan adalah koleksi jenis serangga, kelompok binatang terbesar di muka bumi ini, menurut papan informasi yang ada disana di bumi ini terdapat 1.25 milyar species yang sudah diketahui dan 75 % di antaranya merupakan serangga, serangga adalah komponen kunci dalam setiap rantai makanan tanpa keberadaannya ekosistem global akan kolapse.
Pengalaman yang mengesankan apabila belajar di museum menjadi salah satu mata pelajaran biologi di sekolah-sekolah kita. Kita akan tahu bahwa alam ini sangat menarik untuk di pelajari dan dinamis dari waktu ke waktu,seperti sebuah laboratorium besar yang penuh misteri yang harus kita pecahkan. Keberadaan museum akan sangat berguna untuk mempromosikan penelitian, pengajaran dan pendidikan public dalam ilmu alam.
Namun sepertinya saat ini kita juga berpacu dengan waktu dimana beberapa bagian alam ini musnah begitu saja tanpa sempat terdokumentasikan. Kerapuhan ekosistem secara global telah mengakibatkan satu-persatu komponen ekosistem punah. Atau suatu saat nanti mungkin saja terjadi kalau misalnya ingin melihat owajawa kita akan datang ke museum, karena sudah tidak ada lagi di habitat alamnya. Apakah dengan kecanggihan teknologi manusia nanti bisa memanipulasi ekosistem sehingga dapat mempertahankan keidahan alam ini?.
Komentar
jo kuatir, ko taksusul.... keep hard work bro...
wah luama banget g liat abah ni di kampus...
setuju juga belajar dari museum..
kami juga punya rencana refresing dengan mengunjungi museum yang ada di Jogja...