Siripok Bilou #1

Adalah pertengahan tahun 2000 saya pertamakali membaca tulisan tentang siberut, waktu itu buku berjudul “The gibbon of siberut” karya Tony Whitten peneliti primata dari Cambridge University, yang menulis catatan hariannya dalam bentuk buku selama 1 tahun di Pulau Siberut. Saat itu mulai rasa ingin tahu saya tentang siberut dan primata endemiknya mulai muncul, dan ingin sekali melihat primata, budaya dan alam siberut.

Dan hari ini, Jam 8 malam, tanggal 13 Desember 2010, perjalanan saya ke Kepulauan Mentawai, tepatnya ke Pulau Siberut dimulai. Pertama kali melihat kapal kayu, dengan penuh sesak barang dan penumpang agak miris dan khawatir juga untuk menyeberangi lautan samudera hindia ini menuju pulau siberut. Kapal Sumber Rejeki, menjadi salah satu kapal melayani rute ke P.Siberut sekali dalam seminggu berangkat tiap hari senin jam 8 malam dari Pelabuhan Bungus Padang. Penuh sesak dan pengap langsung ciut nyali waktu itu, teman Bule saya juga langsung mengeluarkan pelambung yang disimpan di tas nya, kami berempat waktu itu berangkat jam 8 malam dengan kapal ini, kamar ukuran 2x2,5 meter ini terdapat, 6 tempat tidur,yang masing-masing tersusun dua-dua, ada lampu listrik, dan 2 jendela kecil. Lebih nyaman sedikit dibanding dengan kondisi di luar kamar di dek kapal dan di bawah, yang bercampur antara barang dan manusia, termasuk ayam-ayam yang akan di bawa ke siberut. Mencoba untuk mengenali kapal ini saya berjalan keluar ke belakang dan bawah untuk liat mushola dan toilet, banyak wisatawan asing juga ikut kapal ini, ya siberut memang terkenal dengan wisata surfingnya yang memiliki ombak terbaik didunia,dan juga wisata budaya disini juga menjadi motivasi wisatawan asing ini menggunakan kapal sumber rejeki ini untuk menuju siberut.

Jam 8 .30 berangkat dengan ombak dan cuaca yang tenang kapal berangkat meninggalkan pelabuhan bungus. Setelah makan nasi bungkus yang disiapkan sebelum berangkat tadi, karena lelah kami tidur.

Pagi hari jam 5.30 saya terbangun dan sudah melihat samar-samar ada pulau membujur dari jendela, ya itulah pulau siberut, terus menanti matahari bersinar dan akhirnya jam 7 pagi kapal sumber rejeki ini merapat di Siberut, di pelabuhan Mailepet.Kenapa tidak merapat di muara siberut ya??
Selanjutnya semoga banyak pelajaran dari alam , budaya dan khususunya konservasi primata mentawai yang sama sekali berbeda dengan yang pernah saya alami di Jawa atau di Kalimantan. Selanjutnya cerita dalam blog ini akan saya awali dengan judul “Siripok Bilou”, sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Komentar

Postingan Populer