#fieldworkfail Cerita Gagal para Monyet

Ada yang saya suka dari sosial media twitter, yaitu dapat membangun komunitas sendiri berdasar # hastag dan kata-kata yang menarik perhatian. Awal bulan agustus kali ini ada hastag #fieldworkfail yang dengan singkat menjadi ‘social experiment’ yang lain daripada yang lain, hingga saya menulis tentang ini.Yang mengirim posting posting  ini biasanya adalah para pekerja lapagan, peneliti, field biologist atau conservationist. Banyak cerita-cerita yang sebenarnya kalau di lapangan bukan sesuatu hal yang menyenangkan bahkan kadang membahayakan diri kita sendiri. Namun setelah itu kadang setidaknya kita di buatnya menertawakan dirikita sendiri.

Penelitian ataupun kegiatan konservasi yang jauh dari kemudahan sarana dan prasarana membuat kita harus kreatif di lapangan, karena kegiatan ini juga tidak cukup sedikit biaya , waktu dan tenaga yang kita harus sediakan. Beberapa cerita berikut dan foto-foto mungkin akan bermakna lebih dari kata-kata, yang pernah saya alami ketika di lapangan dengan hutan, primata-primata , kondisi alam dan manusia-manusia di sekitarnya. Membuat kita kadang memang alam tidak bisa kita duga dan harus berhati-hati di kemudian hari.

#fieldworkfail 1. Salah satu cerita yang tetap terngiang hingga saat ini juga ketika expedisi mencari monyet langka di kalimantan timur, ketika itu saya dan seorang teman sedang menyusuri sungai Sangata dari arah hulu, di sekitar muara sangata, menjelang sore kami sedang melihat bekantan dengan menggunakan boat, tapi entah bagaimana tiba-tiba boat kami bertabrakan dengan boat dari arah depan, dan terbalik di muara sungai yang konon banyak buayanya itu. Camera , berikut lensa, gps, binokuler, handycam. Tenggelam dan beberapa hilang di muara sungai Sangata itu. Saya sempat tenggelam dan di balik boat yang terbalik itu, dan teman saya juga selamat . bersyukur kita selamat, meskipun kita harus kehilangan alat-alat penelitian dan mengganti biaya servis mesin boat. Salah satu binokuler sempat terselamatkan, dan harus di bongkar juga, karena kerendam air payau sungai sangata. Kemudian kami dengan peralatan tersisa dan kami harus melanjutkan expedisi lagi ke arah Sangkulirang. 
binokuler harus di bongkar karena berembun di dalam



 #fieldworkfail 2. Kali ini, cerita dari bumi mentawai, ketika saya sedang melakukan penelitian tentang distribusi Bilou (Hylobates klossii) di Pulau Siberut. Kala itu kami sedang menyusuri sungai siberut menuju hulu, sungai yang tanggung (tidak banjir dan tidak kering) membuat motorist (pengemudi sampan) menjadi agak canggung juga memilih jalur. Ketika perjalanan sudah kira-kira 2 jam, dari muara siberut, baling-baling kami mengenai batu , dan kami harus menepi dulu dan melihat baling-baling itu, karena setelah suara “bletakkk” itu sampan tidak dapat melaju lagi seperti sedia kala. Kami menepi dan mengecek baling-baling itu, ternyata patah, dan ketika di cari-cari baling-baling penggantinya ternyata motorist tidak bawa penggantinya. Malah kunci-kuncipun tidak bawa...haduuuuu..hh. 


Sungai dangkal di Siberut membuat baling-baling patah berulangkali

 #fieldworkfail 3. Cerita ini dari kegiatan untuk Owa jawa, kala itu wilayah survey kami mencakup area jawa tengah, mulai dari dieng sampai pegunungan pembarisan di Brebes, kami ber4 dengan kendaraan lapangan kami full loaded selama 1 bulan mencari informasi dimana masih ada hutan dan owa di Jawa Tengah, jala-jalan yang kami lalui lebih banyak offroad nya dari pada bagusnya. Si Jimny Owa, kendaraan lapangan kami beri nama, tidak hanya sekali atau dua kali trouble, macet dan bahkan kondisi jalan yang tidak memungkinkan kita harus siap menginap di manapun. Ketika kita akan menuju daerah brebes pegunungan pembarisan, hari sudah gelap dan kita tidak tau medan seperti apa jalan di depan, akhirnya kita harus menginap di samping kandang ayam yang aroma baunya sudah pasti tidak menyenangkan. Selanjutnya kendaraan yang bermasalah karena jauh dari bengkel tentu kita harus bisa memperbaikinya sendiri dengan tim kita. 
Jimny Owa lagi mogok di hutan

 #fieldworkfail 4. Sungai telen, Kalimantan timur, tahun 2009, 2010, banyak sekali cerita kegagalan selama di lapangan, karena kondisi alam yang tidak menentu. Ketika itu kami tim yang diturunkan untuk istilahnya babat alas untuk menyiapkan areal pelepas liaran orangutan. Yang selalu teringat di sana adalah ketika kita menyeberangi sungai yang dalam dan berbatu itu kita harus menggunakan “roller coaster” made in Pelangsiran itu. Setelah itu berkendara menggunakan kendaraan 4x4 menyusuri jalur bekas logging yang sudah tidak di gunakan lagi selama beberapa tahun. Jalur ini masih digunakan oleh pencari emas, pemburu gaharu dan sarang walet. Beberapa sungai besar dan arus deras juga harus kita lewati, dengan keterbatasan yang ada telah membuat para driver disini kreatif memodifikasi kendaraanya. Tidak hanya sekali atau dua kali kita harus track back ke camp karena kondisi sungai yang susah di lewati, sehingga harus menunggu sungai lebih mudah di lewati.


#fieldworkfail di Pedalaman Kalimantan Timur
Kiranya anda juga sering di lapangan atau dimanapun punya pengalaman #fieldworkfail cukuplah untuk menertawakan dirikita sendiri dan kita benar-benar bodoh pada waktu itu.semoga para monyet terus tersenyum-senyum sendiri.

Komentar

Postingan Populer