Drone untuk Monyet "Dronyet"
habitat primata di Gunung Lawu |
Peralatan baru ini terdiri dari pesawat baling-baling empat, remote control, dan smartphone. Ketiganya ini di rangkai sedemikian rupa menjadi semacam robot yang di perintah untuk pergi terbang, mengumpulkan misi berupa gambar,atau video, dan kembali pulang membawa hasil yang diperoleh selama terbang. Pengendali atau “pilot” adalah the man behind machine, yang harus dilatih kemampuan membaca situasi lapangan. Semakin banyak jam terbang semakin kuat kemampuan menganalisa kondisi lapangan. Pesawat dengan batrey dan kendali jarak jauh, memilki waktu terbang yang sangat terbatas, kurang lebih 20 menit. Jam terbang pilot juga sangat di butuhkan untuk efektifitas waktu dalam hitungan detik kadang angin berubah dan bertiup kencang, keputusan harus segera di ambil jangan sampai membahayakan pesawat dan lingkungan sekitar apabila crash Jalur terbang, sangat peting di tentukan terlebih dahulu, terlebih untuk area yang rapat vegetasi pohonnya.
Ds. Tlogohendro, kampung disekitar habitat Owa, Petungkriyono, Pekalongan |
Melihat habitat, hutan monyet dari udara sepertinya sangat jarang di peroleh, karena biasanya kita on the ground,dengan pesawat tanpa awak ini punya perpektif lain dalam menganalisis habitat, misalnya tutupan hutan, bentang lahan, monitoring perambahan habitat dan jenis-jenis pohon. Pohon dengan tajuknya mempunyai karakter warna yang berbeda, dan hal ini sangat membantu untuk analisis vegetasi. Tutupan kanopi yang saling tumpang tindih dan gap antar tajuk terlihat jelas dari foto udara. Masih banyak hal yang bisa di optimalkan fungsi dari drone untuk konservasi primata, membantu upaya pelestarian hutan.
Komentar