Mencari Presbytis Hosei Kalimantan


Awal perjalanan ini adalah ketika membaca artikel tentang 25 primata yang paling terancam di dunia (Primates in Peril, the World's 25 Most Endangered Primates 2004–2006, (Mittermeier, et.al , 2005). Ada 3 primata yang masuk kategori “primates in peril” yaitu Orangutan Sumatra Pongo abelii), Simakobu (Simias concolor) , dan Berangat atau Lutung banggat (Presbytis hosei spp canicrus). 2 species yang pertama saat ini telah banyak di teliti dan setidaknya lebih banyak “perhatian” apalagi orangutan yang merupakan “selebritis” di dunia primata sudah tentu program-program konservasi nya sudah berjalan begitu juga simakobu, monyet endemik mentawai ini telah ada perhatian khusus dengan adanya kegitan konservasi oleh beberapa lembaga konservasi internasional di kepulauan siberut. Sedangkan Presbytis hosei ini tidak banyak yang mengungkap statusnya saat ini, beberapa penelitian dan aksi konservasi terakhir tentang hosei ini telah dilakukan di pulau Kalimantan bagian utara-timur di kawasan konservasi Taman Nasional Kayan Mentarang. Padahal distribusi species ini hingga kewilayah pantai timur Kalimantan , mulai taman nasional kutai hingga ke sangkulirang. Daftar merah IUCN mengkategorikan species ini dengan status Data Deficient karena tidak tersedianya data untuk menetukan status keterancamannya, dalam undang-undang dan peraturan permerintah Indonesia sendiri sepertinya belum mengkategorikan primata ini sebagai binantang di lindungi ( sementara Undang-Undang dan peraturan permerintah yang mengatur tentang species dilindungi di negeri ini sepertinya di buat 10 tahun yang lalu, dan sampai sekarang tidak ada update..dan juga bagaimana dengan status keterancaman species-species di Indonesia? apakah termasuk punah, terancam, kritis ataupun belum terancam belum sepertinya kita belum mengakomodirnya – daftar merah species di Indonesia-maksudnya- ) Survey atau kegiatan konservasi terkait species ini juga minim dilakukan, sementara populasi dan habitat alaminya juga sudah dan sedang mengalami degradasi hebat. Inilah beberapa alasan perjalanan ini dimulai.
Hari
ke empat bulan maret 2008, pukul 08.30 cuaca cerah bersinar, pesawat lepas landas meninggalkan Jogja menuju Borneo dan salah seorang rekan dari KP3 primata UGM turut serta dalam survey investigasi ini. Tepatnya pukul 11.40 pesawat mendarat mulus di bandara Sepinggan Balikpapan. Disana sahabatku yang tinggal di balikpapan sudah menungguku, tanpa berbasa-basi kuangkat semua tas-tas (kuranglebih ada 4 tas besar berisi peralatan lapangan untuk penelitian : 2 unit binokuler, 2 unit range finder, 2 unit kompas bidik, 2 unit GPS berikut kabel data, 2 unit termohigro, 1 unit laptop, 1 unit compact camera, 1 unit slr camera digital dengan pelengkaplensa jarak jauh 300mm, 1 unit headlamp, 2 unit kompor gas, 1 unit tenda dome, penyimpan data, buku panduan lapangan primata, panduan mamalia borneo, beberapa artikel tentang TN Kutai, peta-peta,dan peralatan pribadi.

Hari pertama di Balikpapan (cerah berawan, panas) aq sempat muter di kota balikpapan, untuk sekedar “cuci mata” dan habituasi dengan udara Borneo. Sempat mencicipi pisang gapit di pasar kebon sayur balikpapan, seperti pisang kepok yang di panggang di atas bara api, kemudian di jepit pake dua papan hingga gepeng atau penyet, disajikan dengan kuah manis ato mungkin dari tepung maicena, rasa manis. ….mak nxxxs….begitu kata presenter wisata kuliner yang sering muncul di layar tv. (bersambung)



Komentar

Postingan Populer