Hari kedua di Borneo, Maret tanggal 5, mendung hujan tidak ada matahari, pagi kita menuju Bontang, Kantor Balai taman nasional kutai yang kita tuju. Kurang lebih 5 ½ jam perjalanan dengan bis kita sampai di terminal Bontang, dan langsung ganti angkot ke kantor Balai Taman Nasional Kutai dengan permintaan presentasi tentang rencana kegiatanku langsung menyambut kedantangan kita. Presentasi berjalan lancar dan imbal balik info tentang monyet yang kucari sedikit tidak jelas, karena tidak belum pernah ada penelitian tentang monyet ini, namun di buku data-data species yang ada, tercatat tentang keberadaan Presbytis hosei.
Dari presentasi ini kudapat info juga tentang research station yang sudah ada di kutai, yang selama ini aq hanya dengar lewat jurnal-jurnal penelitian dan travel guide to borneo. Ada camp Prevab dan Mentoko di sini( camp ini ada mungkin lebih dari 20 tahun yang lalu, untuk tujuan penelitian ekologi orangutan dan ekologi hutan hujan, dan kini alumi dari kedua tempat penelitian ini telah menjadi para “Begawan” -primatologist -di berbagai istitusi akademik kelas dunia termasuk juga beberapa petinggi kehutanan dan peneliti-peneliti senior di negri ini. Sempat bermalam di Bontang untuk kemudian esok paginya kita teruskan ke camp Prefab, untuk mencapai camp ini dari Bontang melewati jalan Bontang-Sangata kurang lebih 2.5 jam. Jalan inilah yang hingga saat ini menjadi salah satu sumber masalah di TNK karena melewati wilayah Taman Nasional. Di kanan kiri jalan ini telah banyak berdiri bangunan dan pemukiman baik legal ataupun illegal, perambahan terjadi di sepanjang jalan ini, dan tidak jarang di temui papan-papan nama yang menujukkan kepemilikan tanah. Terkadang bangunan atau perambahan itu tepat disamping tulisan “Dilarang mendirikan bangunan di wilayah TN K” yang dibuat dengan papan kayu berukuran besar. Jalan Bontan-Sangata merupakan jalan utama yang menghubungkan kota tambang Sangata dan kota-kota kecil di bagian utara-timur Kalimantan ke Samarinda atau Balikpapan, kondisi jalan yang rusak, berlubang dimana-mana, mengakibatkan kendaraan hanya berjalan pelan memilih bagian-bagian yang masih halus tertutup aspal. Seakan sama dengan kondisi jalan yang tidak nyaman dilewati, kondisi vegetasi di kanan kiri jalan ini juga tidak sedap di pandang. Tidak ada lagi pohon-pohon yang rapat dan tinggi seperti, berganti dengan semak belukar ilalang, dengan sisa pohon yang mati tidak berdaun akibat kebakaran. Konon ketersedian cadangan batubara yang terbesar masih berada di bawah tanah kawasan konservasi ini disamping isu politis menjelang pemilihan gubernur Kaltim juga menjadi semakin melegalkan segala bentuk penguasaan atas tanah taman nasional kutai sepanjang jalan Bontang-Sangata. Sekali lagi, bumi kutai ini sangat kaya, selain batubara, minyak bumi dan Gas bumi juga sudah di tambang sejak lebih dari 25 tahun yang lalu di sekitar kawasan konservasi ini oleh perusahan minyak dalam negri. (bersambung).
Komentar