Kopi Luwak
Mungkin anda pernah mendengar istilah atau merek Kopi luwak, ya katanya kopi yang jenis ini memiliki rasa yang lebih enak dibanding dengan kopi biasa, dan konon kopi jenis ini yang paling mahal di dunia.Seperti terlihat di collage foto disamping, itu adalah bentuk dari kotoran luwak segar yang saya temukan, biasanya di temukan di alur-alur sungai kecil di hutan sekitar perkebunan kopi. Luwak – Common Palm Civet- (Paradoxurus hermaphroditus ) adalah jenis binatang nocturnal (lebih aktif di malam hari), termasuk bangsa Carnivora dari Suku Viverridae, makanannya meliputi buah-buahan, dedaunan, arthropoda, cacing tanah dan molusca. Bisa hidup di hutan yang tinggi hutan sekunder, perkebunan bahkan juga disekitar pemukiman, lihat link ini untuk status konservasi luwak, termasuk tentang gambaran umum populasi, distribusi, dan habitat luwak. Binatang jenis ini adalah termasuk salah satu agen penting dari regenerasi alami hutan alam ( seed disperser-tulisan tentang ini menyusul..ya).
Salah satu makanan favorit luwak adalah biji kopi, luwak memakan biji-biji kopi yang sudah masak, daging biji kopi adalah kesukaan luwak, Namun karena bijinya yang keras, maka biji ini tidak hancur dalam pencernaan luwak, dan dikeluarkan masih berbentuk biji yang masih ada kulit bijinya. Kotoran-kotoran yang berupa biji-biji kopi inilah yang banyak di cari para penggemar kopi. Namun juga katanya enak tidaknya kopi tergantung juga dengan cara memrosesnya. Tentang kopi luwak juga bisa baca disini.
Karena jauh dari kota tentu sulit sekali mengolah kopi ini dalam coffee maker. Saya mencoba untuk membuat kopi luwak dengan cara orang di pinggir hutan, kebetulan tempat penelitian kali ini memang berada di sekitar perkebunan kopi, kawasan pegunungan dieng bagian barat, dusun Sokakembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petung kriono, Kab.Pekalongan. Pertama adalah mencari kotoran luwak berada, biasanya kotoran ini juga banyak tersebar di atas tanah perkebunan kopi , namun banyak juga kotoran ini yang saya temukan di sepanjang alur-alur sungai kecil. Karena memang lagi musim buah kopi sehingga hamper 2 jam kita “searching” ternyata sudah terkumpul hampir dua kilogram mungkin. Biji kopi yang masih berbentuk kotoran luwak yang telah saya kumpulkan tadi, saya cuci, di bersihkan dari kotoran dan lendir-lendir pencernaan luwak (ada juga yang di jemur sampai kering tidak di cuci), kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama sehari , setelah kering kemudian kopi ini di tumbuk untuk tujuan menguliti kulit bijinya, setelah itu kemudian nampaklah biji-biji kopi yang sudah bersih. Setelah biji-biji ini sudah bersih dari kulitnya, kemudian di goreng sangan ( goreng kering menggunakan wajan tanah/tembikar sampai berubah warnanya jadi hitam), setelah warna menjadi hitam, kemudian biji kopi tadi ditumbuk lagi menjadi bubuk kopi,setelah di saring,dipisahkan serbuk halus –lembut dan kasar, bubuk kopi inilah yang sudah siap disajikan dengan air panas menjadi segelas kopi luwak, aroma kopi dan serbuk yang kecil-kecil yang tidak halus sepertinya memberikan rasa tersendiri kopi ini.
Kalau anda tertarik untuk merasakan bagaimana mencari kotoran luwak, mengolahnya hingga siap di sruput mejadi kopi nikmat, saya undang anda untuk datang di tempat penelitian saya setelah nyruput kopi kita bisa liat owajawa dan primata lainnya..(saya tunggu).
Salah satu makanan favorit luwak adalah biji kopi, luwak memakan biji-biji kopi yang sudah masak, daging biji kopi adalah kesukaan luwak, Namun karena bijinya yang keras, maka biji ini tidak hancur dalam pencernaan luwak, dan dikeluarkan masih berbentuk biji yang masih ada kulit bijinya. Kotoran-kotoran yang berupa biji-biji kopi inilah yang banyak di cari para penggemar kopi. Namun juga katanya enak tidaknya kopi tergantung juga dengan cara memrosesnya. Tentang kopi luwak juga bisa baca disini.
Karena jauh dari kota tentu sulit sekali mengolah kopi ini dalam coffee maker. Saya mencoba untuk membuat kopi luwak dengan cara orang di pinggir hutan, kebetulan tempat penelitian kali ini memang berada di sekitar perkebunan kopi, kawasan pegunungan dieng bagian barat, dusun Sokakembang, Desa Kayupuring, Kecamatan Petung kriono, Kab.Pekalongan. Pertama adalah mencari kotoran luwak berada, biasanya kotoran ini juga banyak tersebar di atas tanah perkebunan kopi , namun banyak juga kotoran ini yang saya temukan di sepanjang alur-alur sungai kecil. Karena memang lagi musim buah kopi sehingga hamper 2 jam kita “searching” ternyata sudah terkumpul hampir dua kilogram mungkin. Biji kopi yang masih berbentuk kotoran luwak yang telah saya kumpulkan tadi, saya cuci, di bersihkan dari kotoran dan lendir-lendir pencernaan luwak (ada juga yang di jemur sampai kering tidak di cuci), kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama sehari , setelah kering kemudian kopi ini di tumbuk untuk tujuan menguliti kulit bijinya, setelah itu kemudian nampaklah biji-biji kopi yang sudah bersih. Setelah biji-biji ini sudah bersih dari kulitnya, kemudian di goreng sangan ( goreng kering menggunakan wajan tanah/tembikar sampai berubah warnanya jadi hitam), setelah warna menjadi hitam, kemudian biji kopi tadi ditumbuk lagi menjadi bubuk kopi,setelah di saring,dipisahkan serbuk halus –lembut dan kasar, bubuk kopi inilah yang sudah siap disajikan dengan air panas menjadi segelas kopi luwak, aroma kopi dan serbuk yang kecil-kecil yang tidak halus sepertinya memberikan rasa tersendiri kopi ini.
Kalau anda tertarik untuk merasakan bagaimana mencari kotoran luwak, mengolahnya hingga siap di sruput mejadi kopi nikmat, saya undang anda untuk datang di tempat penelitian saya setelah nyruput kopi kita bisa liat owajawa dan primata lainnya..(saya tunggu).
Komentar