Kalong Alas Daon, Sokokembang


BATS ARE EXTRAORDINARY CREATURES. THEY are exemplary mothers, and some also care for each other’s young; they can fly at speeds of up to 50km/h (30mph) through complete darkness, thanks to sophisticated orientation systems; and one of the few convincing examples of altruistic behavior in the animal kingdom is exhibited by bats. Bats can show specialized reproductive adaptations, including sperm storage, delayed fertilization, and delayed implantation. They are heterothermic; their body temperature may vary from up to 41°C (106°F) in flight to under 2°C (36°F) during hibernation. They can form aggregations of 20 million animals – the largest known in vertebrates. Their wonderful diversity and specializations have inspired important programs for their conservation worldwide. Saya mengambil kalimat dari ensklopedia bats untuk awal dari tulisan ini

…”Kalimat ini adalah untuk semua jenis kelelawar secara umum, dan saya lebih tertarik untuk jenis kelawar pemakan buah, yang mungkin belum menjadi prioritas konservasi di sekitar kita, ataupun belum menjadi 10 daftar satwaliar yang mempunyai peranan ekologis penting. Kalau anda berjalan menyusuri desa wisata durian Kabalong, Pekalongan, kearah kecamatan Lebakbarang, kurang lebih 1 km lepas dari desa Lolong, tengoklah ke kiri di seberang sungai , di atas bukit, akan terlihat koloni kelelawar buah yang jumlahnya mungkin mencapai ribuan. Sepintas seperti burung namun kalau di perhatikan akan terlihat bedanya antara bagaimana kelelawar terbang dan burung. Ya ini-lah roosting site /camp site dari kelelawar buah yang lebih dikenal dengan nama kalong, kelelawar buah dari ordo Chiropthera subordo megachiroptera dengan nama species Pteropus vampirus. Konon dengan berkoloni seperti ini memberi keuntungan perlindungan, interaksi sosial dan untuk merawat anak-anak kelelawar. Ribuan mungkin bahkan puluhan ribu kelelawar yang ada di hutan alas Daon, berada di tengah hutan yang mungkin beberapa km saja dari desa wisata durian Kabalong. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kalong-kalong adalah pollinator (penyerbuk alami) dari pohon-pohon buah. Meskipun belum ada peneliitan yang membuktikan peranan kalong di sekitar desa wisata durian, namun saya berani berhipotesis bahwa kalong-kalong ini juga turut berkontribusi dalam produktifitas buah durian di wilayah ini, mengingat Doro, Karangnyar adalah kecamatan pengasil buah durian di pekalongan, dan sudah dipastikan kelelawar ini juga mampu terbang puluhan kilometer. Saya sempat menanyakan ke beberapa petani durian disekitar doro, katanya kalong-kalong besar itu berkunjung ke pohon durian ketika waktu pohon durian sedang berbunga.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa roosting site seperti ini bisa musiman, ataubahkan permanen, artinya bisa berpindah-pindah ataupun menetap selama berpuluh tahun. Ancaman roosting site kalong di Alas Daon adalah perburuan, karena besar dan berkelompok dalam jumlah yang banyak, mudah sekali bagi para pemburu untuk menembak kalong yang sedang istirahat ini. Beberapa warga desa yang sempat saya temui mengatakan daging kalong juga enak dimakan, selain juga alasan untuk pengobatan. Keberadaan roosting site kalong di Alas Daon, memang masih di anggap biasa saja, penelitian, dan upaya pelestarian species ini sudah selayaknya menjadikan perhatian semua pihak. Kalong kalong ini menyediakan jasa ekologis yang sangat penting bagi kita, sebagai pollinator dan juga sebagai penyebar biji-biji pohon di hutan, fenomena seperti ini pun sebenarnya bisa menjadi pendukung industri ekowisata yang sedang tumbuh di wilayah ini.

Komentar

Postingan Populer