Mencari Simpai di Tanah Kerinci
Jalan membelah hutan di bukit Tapan, Sungai Penuh-Tapan (Jambi-Sumbar) |
“ Roadside observation”
adalah salah satu metode survey primata yang cuku popular di era 80-90 an,
kendaraan bermotor di gunakan untuk melihat sebaran primata di suatu wilayah
yang luas. Saya dan Ika Y.Agustin melakukan metode survey ini untuk melihat distribusi
dari surili Sumatra, jenis ini masih sangat terbatas informasinya. Melihat
langsung morphology dan habitat yang
digunakan monyet pemakan daun ini menjadi pengalaman yang berharga dan
memberikan update terbaru terkait monyet pemakan daun dari Sumatra.
Kali ini saya menggunakan roda dua bermotor dilengkapi dengan peralatan smartphone, camera
dengan lensa tele 300 mm, video recorder, alat tulis, alat rekam suara,
masing-masing pengamat membawa, untuk mendokumentasikan setiap perjumpaan
dengan simpai. Kendaraan roda dua bermotor menjadi pilihan terbaik selain lebih
effisien, juga dapat masuk ke jalan-jalan di hutan atau pun perkebunan
yang tidak dijangkau oleh kendaraan roda
4. Selain literature, informasi dari warga sekitar adalah referensi terbaru
terkait monyet ini. Dan ternyata warga yang kita jumpai di sepanjang jalan
sangat familiar dengan namya simpai, karena banyak di jumpai di ladang, belukar
dekat rumah sampai rimba (hutan)
.
Motor yang di gunakan di Kab.Surolangun |
Belukar, menjadi istilah yang akrab dengan kami karena ini
menjadi habitat yang umum di jumpai untuk tempat hidup primata-primata seperti
Lutung, dan surili. Belukar ini adalah semak-semak dengan beberapa pohon kayu
keras dengan ketinggian bervariasi antara 5-10 meter dan diameter relative
kecil kurang dari 15 cm. Habitat yang cukup favorit adalah perkebunan karet.
Karena harga karet sedang murah, banyak kebun-kebun karet rakyat d telantarkan
tidak dirawat dan tumbuh seperti hutan campur yang di dominasi pohon karet.
Habitat seperti ini terdapat relative banyak di sepanjang jalan antara Sugai Penuh Jambi. Menjadi tempat pengungsian bagi fauna-fauna yang terjebak di
antara habitat manusia.
Kondisi habitat primata di sekitar jalan menuju Muara Imat |
Perjalanan bermotor untuk tujuan melihat monyet tentu
berbeda dengan traveling bermotor biasanya, perlengkapan penelitian dan
perlengkapan motor tetap harus lengkap dan siap sedia. Kecepatan motor tidak
bisa secepat naik motor biasanya, karena kita terus tetap melihat kanan kiri
jalan dan berhenti ketika melihat monyet atau habitat yang potensial. Sering
kali harus mengecek turun dan mendengarkan suara dan pergerakan monyet di
antara tajuk pohon. Motor juga lebih mudah untuk masuk ke jalan-jalan setapak
yang jarang di lalui kendaraan besar. Pilihan
motor juga harus di pertimbangkan, untuk berboncegan dan kenyamanan, karena
kita akan menggunakan kendaraan ini untuk mungkin puluhan bahkan ratusan km,
melalui jalan yang bervariasi halus aspal,gravel atau offroad berlumpur.
Komentar