A journey to Borneo #2


Tanggal 7 maret 2008 jam 7.30
Cuaca cerah, panas, matahari bersinar…perjalanan dilanjutkan ke Kabo- papacharlie (desa terdekat dengan tambang batubara terbesar di wilayah ini) papacharlie sendiri adalah nama sebuah jalan di desa tersebut yang mengbungkan desa Kabo dan kota kecil Sangata Baru, konon papacharlie di ambil dari nama orang pekerja tambang di wilayah ini)

Di Kabo inilah kami telah di tunggu oleh salah seorang guide dari stasiun penelitian prefab. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan perahu kecil (ketinting) bermesin 2 PK, menyusuri sungai Sangata kearah hulu. Dalam perjalanan menyusuri sungai sangata dari kabo, di kanan sungai adalah wilayah pertambangan dan di kiri sungai adalah wilayah taman nasional kutai. Perjalanan yang agak berdebar-debar , karena mungkin 4 tahun yang lalu terakhir naik kapal kecil begini, bawa barang, dan masih sama dengan pengalamanku waktu menyusuri sungai Barito, kapal-kapal kecil ini tidak ada yang dilengkapi "life vast" atau alat untuk sekadar mengapung..."naked boating"...(dibaca : nekat). Padahal waktu kita turun di sungai sudah ada papan tertulis "wajib life jacket saat bekerja di dekat air" yang ditulis oleh perusahan tambang disini,dan ada papan tulisan di atasnya berwarna hitam diatas cat berwarna kuning menyala "Hati-hati ada buaya/Binatang buas", pikiranku langsung ingat beberapa pembicaran sebelumnya di warung kecil, di desa Kabo, penduduk setempat bilang disinilah asal dari "monster sangata", buaya terbesar di Kalimantan Timur!!!. Akhirnya aq berpelampung "doa" menghulu sangata ke menuju camp prefab.

Orangutan!!orangutan!!!! ada ..bayinya!!! teriak temanku. Inilah pertama kali kami melihat orangutan liar di habitat alaminya, di pinggir sungai sangata di pohon sengkuang (Dracontomelon dao) orangutan betina dewasa, bulu merah gelap menggendong anaknya, kami sempat berhenti beberapa lama untuk mengamati orangutan pertama kami. Bayi orangutan itu di gendong sambil berayun kesana kemari dari cabang ke cabang menggapai buah-buah di ranting-ranting pohon Sengkuang.

Kurang lebih 30 menit dari kabo kami sampai di camp prefab, dan lagi kami menjumpai seekor orangutan jantan dewasa, tengah mencari makan di pohon sengkuang di depan camp. Lebih dekat kami mengamati kera merah besar ini, dan sepertinya orangutan ini telah terbiasa dengan kehadiran manusia, karena tepat dibawahya ternyata 2 orang turis asing sedang menungguinya untuk mengambil gambar. Tapi yang anehnya seorang guide yang mengantar turis asing tersebut malah memukul-mukul batang pohon tersebut dengan sebatang kayu, setelah kami tanyakan kenapa dia lakukan itu , jawabnya agar orangutan yang diatas pohon itu turun dan bule-bule yang di antarnya itu bisa memotret dengan mudah. Mungkin ini juga salah satu impact tourism activities terhadap orangutan liar di prefab, jadi mereka sudah terbiasa berhabituasi dengan manusia. Orangutan disini adalah sumber penghidupan guide-guide local ini, sehingga apabila turis-turis nya senang pastilah nanti akan banyak turis-turis yang tertarik untuk melihat orangutan di prefab, artinya lebih banyak uang yang mereka dapat (mungkin). Apakah ini bisa desebut ecotourism atau-malah ecoterrorism? (bersambung).

Komentar

Bang Yoes mengatakan…
Numpang kunjungan juga ....
salam kenal...
mantap ceritanya

Postingan Populer